Sendiri.

 


 

Sendiri.

Karya   : Syafrina, S.Pd.SD

Malam Minggu biasanya adalah waktu berkumpul bersama keluarga.  Bagi anak sekolah malam Minggu sangatlah dinanti dimana mereka bisa menonton televisi atau main HP sampai larut malam.

Yanti  hanya sendirian. Anak-anak sudah berada di rumah neneknya semenjak tadi siang, barusan disusul sang suami sebelum magrib.

“Abang tak tidur di sini?”  Yanti bertanya pada suami.

“Tidak. Abang mau tidur dekat anak.”

Memang selama mengerjakan tugas-tugas dalam sebuah  pelatihan dan kebetulan rumah ibu juga sedang direnovasi. Dia dan suami gantian menginap di sana.

“Temani ibu selama rumah kita bolong-bolong.” Yanti dan suaminya menyanggupi dengan tidur bergantian di rumah ibu.

Suami tidak mau mengganggunya mengerjakan tugas, mungkin karena Yanti sering mengeluh kecapean. Bahkan dia dengan kesadaran penuh membantu pekerjaan rumah yang tak sanggup dilakukan karena banyaknya tugas.

“Istirahatlah. “ katanya.

“Bagaimana mau istirahat,  tugas banyak begini. 2 hari lagi dikumpul dan dijilid. “ Katanya dua hari yang lalu.

“Tugasnya belum selesai? “

“Belum, tinggal membuat slide power point untuk ditayangkan besok.”

Badan tidak bisa dipaksakan. Rasanya mau demam saja. Tapi semua harus dituntaskan atau menangung malu kalau tidak lulus.

“Tambah nutrisi, makan telur dan minum susu “ saran teman guru disekolah.

Karena sibuk dengan laptop, pulang dari sekolah tertunda hingga pukul 17.00 WIB. Dibantu suami memasukkan kain kotor ke dalam mesin cuci sambil mandi. Lalu Yanti membilasnya sampai pukul 19.00. Dingin memang, tapi itu harus dikerjakan.

Istirahat sebentar dan memasak untuk makan malam. ‘Ceplok saja telur dengan irisan bawang merah dan cabe keriting cukuplah untukku. Kan aku cuma sendiri. Tidak perlu memasak banyak-banyak.’ Bathinnya

Habis  istirahat. Lalu membuka laptop lagi. Satu demi satu dikerjakan. Pegal dipinggang tak terelakkan. Berbaring sebentar adalah alternatif pilihan.

“Sedikit lagi selesai.” Gumamnya sambil merebahkan badan yang pegal tingkat tinggi.

Pukul 23.00 semua selesai. Laptop dimatikan. Rasa lapar menerjang ulu hati. Yanti melangkah ke dapur mengambil makanan dan segelas air minum, semua disantap di kamar saja.

Terdengar suara seperti berderit dari arah kamar anak. Suara apa? Ah, tak perlu menduga-duga. Rupanya lemari pakaian anak terbuka. Tadi anak lupa menguncinya. Kebiasaan kalau nggak terkunci, bisa terbuka sendiri.

Ada suara-suara dari atas atap membuat bulu roma merinding. Kalong berhamburan mencari makan. Memang sekarang lagi musim jambu air yang sangat disukai hewan itu.

“Astaga, aku belum Shalat Isya.” Yanti tersentak.

Dia melangkah ke kamar mandi. Mengambil wudlu dan melakukan Shalat Isya. Diambilnya Al Quran lalu dibaca pelan-pelan. Dengan begitu perasaan akan tenang.

Terasa sepi sendiri. Dari tadi terdengar puluhan suara motor lewat di depan rumah. Yanti ingin salah satunya adalah suara motor suami tapi ternyata semua nihil. Dia ingin suaminya berubah pikiran dan pulang.

Sebenarnya tidak takut, cuma ingin ditemani. Sendirian saja di rumah, sepi sekali.

“Aku tadi malam tertidur pukul delapan.” Kata Rido pagi itu ketika mengantar istrinya ke tempat pelatihan.

“Anak-anak gimana?”

“Mereka menonton berdua, entah jam berapa tidurnya. “

“Aku tidur pukul dua belas. Pagi tadi bangun jam lima Shalat, masak dan jemur pakaian yang dicuci tadi malam. Pas abang datang, aku lagi sarapan.”

“Ibuk tidak takut sendirian ?”

“Tidak, Cuma kesepian saja.”

“Pelatihannya sekarang hari terakhir, kan?”

“Iya, Bang. Selanjutnya menunggu jadwal ujian.”

            Harapan semalam ada yang menemani ternyata sia-sia. Orang sudah molor sejak pukul delapan malam. Mana mau pulang? Tapi dia tidak takut sendiri.

Yanti malah bisa bernafas lega karena tugas-tugasnya telah selesai. Mudah-mudahan lulus dengan nilai baik. 





Posting Komentar

7 Komentar

Berkomentarlah dengan bijak