Hari / Tanggal :
Rabu / 21 April 2021
Resume Ke : 8
Tema : Buku Mahkota
Penulis, Buku Muara Tulisan.
Narasumber : Thambrin Dahlan, SKM,M,Si
Gelombang : 18
Siang ini yang bertindak sebagai Moderator adalah
IbuDitta Widya Utami dan Narasumber Bapak Thamrin Dahlan, SKM,M.Si.
“Assalamu'alaikum
warahmatullahi wa barokatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Baik, karena
sudah pukul 13.01 kelas kita buka yaa. Groupnya saya kunci agar fokus dengan
materi.” Bu Ditta memulai pelatihan.
“Bagaimana kabar Bapak dan Ibu sekalian? Semoga tetap SEMANGATTT dalam menjalankan
aktivitasnya di bulan suci Ramadhan ini ya. Siang ini alhamdulillah kita sudah
memasuki pertemuan ke-8. Nah hari ini
narasumber kita adalah Pak H. Thamrin Dahlan, M.Si.”
Curiculum
Vitae
H. Thamrin Dahlan M.Si
Alumni Pasca Sarjana UI. Lahir di Tempino Jambi 7 Juli 1952. Purnawirawan
Polri terakhir bertugas sebagai DIrektur Pasca Rehabilitasi BNN Pangkat Kombes
Pol.
Pekerjaan : Dosen dan
Penulis serta Pendiri Penerbit Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD)
Tinggal di Kel. Dukuh
Kramatjati Jakarta Timur. Aktif menulis sejak 2010 telah menerbitkan 37 Judul
Buku. Saat ini Fokus membantu para penulis menerbitkan buku ber ISBN tanpa
biaya.
YPTD telah menerbitkan
210 Judul Buku
Website :
terbitkanbukugratis.id
Email : thamrindahlan@gmail.com
WA : 08159932527
WAG : Terbitkan Buku Gratis
(media komunikasi, informasi dan edukasi literasi
YPTD)
Motto
Menulis : Penasehat Penakawan Penasaran
Buku
Muara Tulisan
Thamrin Dahlan
Disampaikan pasa cara Pelatihan Menulis 18
Tulisan
tulisan itu ibarat air mengalir . Tetes
demi tetes bergabung menjadi satu, mangalir jauh mencari tempat terendah
akhirnya bermuara di lautan. Itulah
Buku. Sejatinya buku adalah kumpulan tulisan nan terserak. Selaiknya karya
gemilang, olah pikir perlu diselamatkan
menjadi kitab.
Semua Orang Punya Buku
Tanpa
kita sadari setiap orang sebenarnya sudah pasti memiliki buku. Buku dalam
artian tercantum namanya di sampul /
cover depan buku. Paling tidak dia pernah sekolah di tingkat paling rendah
sekolah dasar. Itulah buku catatan tentang prestasi diri si murid, hanya saja buku dituliskan oleh Bapak Ibu
Guru yang baik hati dalam bentuk raport.
Menginjak pendidikan menengah
SMP, SMA, SMK para pelajar dan siswa
sudah di wajibkan menyusun karya tulis walaupun terkadang berupa kerja
kelompok namun makalah itu dijilid jadilah buku.
Ketika
di Perguruan Tinggi, kualitas buku seorang sarjana itu memiliki harkat
terhormat. Bersebab buku yang dinamai
Skripsi, Tesis dan Disertasi diterbitkan setelah melalui proses panjang
penelitian, pembimbingan dan kemudian di uji hadapan Sidang Majelis Kehormatan
Para Guru Besar Universitas,
Jelas
sekarang nama anda sudah ada disampul depan buku ilmiah. Tersimpan abadi di perpustakaan kampus. Menjadi kebanggaan dan bukti tak terbantahkan
bahwa anda berhak menyandang gelar kesarjanaan secara legal. Pengakuan formal
seorang akademisi sebagai pemenuhan
kewajibkan memiliki buku. Satu saja yang belum terlekat di cover
belakang buku yaitu ISBN (international standard book number)
Buku Pribadi
Setelah
memiliki 3 buku (D3, S1 dan S2) kali ini saya akan lebih banyak berkisah
bagaimana seorang anak desa Tempino Jambi bisa memiliki 37 judul buku. Semua
berangkat dari motivasi ingin meninggalkan sesuatu nan abadi di muka bumi. Kata seorang teman secara berseloroh
janganlah pulak nama awak hanya tertulis di Buku Yasin dan Batu Nissan.
Buku
(saya lebih suka menyebut kitab) adalah keabadian nan memiliki masa berlaku
(expired date un limited) tak terhingga bahkan sampai hari kiamat. Oleh karena
itu setelah ketika mamasuki usia pensiun tahun 2010 timbul persoalan baru
bagaimana mengisi waktu luang yang begitu lapang dan panjang. Bersebab waktu luang yang tak habis kerena memberikan kuliah saya dianjurkan oleh keluarga untuk menulis
dari pada termenung menung.
19
Agustus 2010 mulai menulis di media sosial kompasiana.com. Terbata-bata, berkeringat, resah gelisah, khawatir. Apakah awak pantas menjadi penulis di media
besar berpenghuni hebat. Alah bisa
karena biasa. Bukan lagi memaksa diri
tetapi total tertantang. Kenapa tidak
bisa mengikuti jejak Ibunda Hajjah
Kamsiah binti Sutan Mahmud (Almarhumah). Seorang keturunan Minangkabau yang diberkahi talenta
mahir menulis.
Motto
penasehat, penakawan dan penasaran, diniatkan menulis berbagi kebaikan. Ssaya merasakan masuk ke dunia
baru yang sangat meng asyik kan.
Disinilah inspirasi dan aspirasi
serta angan-angan di pentaskan baik dalam bentuk reportase, opini dan
fiksi. 3 Jenis tulisan ini mengalir baik
air bah sampai sampai saya masuk ke kategori addict (kecanduan menulis).
Kiat Menulis.
Salah
satu kiat kenapa bisa menulis 1 artikel setiap hari ialah jargon sekali duduk
jadi. Sesungguhnya tulisan itu memenuhi kaedah sebuah artikel ketika mencapai 7
paragraf. Jangan pernah meninggalkan tulisan, sudah bisa dipastikan tulisan itu
tidak akan pernah tuntas. Duduklah,
paksakan diri tulisan wajib selesai tak peduli salah ketik (ada proses
edit). Nanti saja bicara kualitas bersebab
indikator bagus tidaknya tulisan sangat subjektif dan variatif.
Melalui
metode sekali duduk jadi, lambat laun proses menghasilkan sebuah tulisan
seiring berjalan waktu kini hanya membutuhkan waktu kurang dari 40 menit. Kita
menulis puisi hanya memerlukan 10 menit asalkan suasana hati sedang mood dan
terkait dengan situasi kekinian yang terjadi menyangkut ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya hankam (ipoleksosbudhankam) dalam atau luar negeri.
Ketika
menulis reportase taati kaedah 5 W
1 H.
(what, where, wheb, why, who and how).
ebagai bukti liputan original
asli tampilkan pula foto selfie bersama teman/keluarga misalnya anda sedang
wisata di Borobudur, Menara Eiffel atau Ibadah Umroh Masjidil Haram. Bisa juga
memposting laporan setelah mengikuti satu event webinar. Saya lebih banyak menulis reportase kehidupan
masyarakat. Inilah sumber inspirasi tak pernah habis yang senantiasa menghampiri
diri apabila jeli melihat fenomena lingkungan.
Jadilah sebuah tulisan bergenre humaniora yang menarik dan bermanfaat
bagi pembaca.
Kenapa
pula tidak menulis tentang opini. Saya merasa babak belur ketika menulis dan
menerbitkan Buku Prabowo Presidenku (2014). Padahal ketika posting artikel
genre opini sudah berupaya menghindari menghakimi orang lain apalagi institusi.
Mempertahankan objektivas, hindari hoax
dan selalu memihak kepada kebenaran. Menulis opini tak elok pula hanya
ngomel, pada paragraf terakhir sertakan solusi, berupa saran pendapat membangun
untuk mengurai permasalahan yang sedang dibahas.
3 Rahasia Menulis
Berdasarkan
pengalaman saya merasakan kejaiban 3 rahasia
terkait dunia jurnalistik.
Rahasia pertama : Ternyata setiap tulisan itu memiliki Roh. Roh dalam
artian tulisan itu hidup dengan syarat karya ketik di syiarkan ke media sosial.
Tulisan anda dibaca apalagi diberi
komentar (terlepas tanggapan baik atau mencemooh) maka anda sudah berhasil
menjadi penulis non buku harian. Tahu
sendirilah zaman dahulu kala anak mansuia acap menulis di album kenangan.
Buku
harian itu dia nikmati sendiri, ketika membaca, tertawa, menangis, menyesal
dalam seribu satu kenangan. Zaman itu telah lewat kini saatnya kuatkan niat
berbagi denghan hatrapan bermanfaat dan penulis mendulang pahala melalui
pekerjaan menuliss. Yes tulisan memiliki Roh, jangan ragu share ke Faecbook,
whats app, dan media lainnya sehingga anda dikenal sampai satu saat menjadi
terkenal.
Rahasia
ke 2 : Buya Hamka meninggalkan pesan bermakna Biarlah tulisan mu itu membela
dirinya sendiri, biarlah bukumu itu mengikuti takdirnya. Saya membuka rahasia
tersebut ketika buku Bukan Orang Terkenal entah bagimana jalannya sampai di
Bapak Prabowo. Singkat cerita saya
mendapat kehormatan menjadi Penulis Resmi PartaiI Gerindra selama masa kampanye
2014. Terbitlah buku Prabowo Presidenku. Best seller sampai di bajak.
Rahasia
ke 3 : Profesi jurnalis atau katakanlah kami wartawan amatir mendapat
kesempatan dijamu makan siang di Istana Merdeka. Tak terduga bahkan tidak
terpikirkan mimpipun tidak bisa berpidato di hadapan Presiden Jokowi. Bukankah anugerah ini merupakan kebanggaan
rakyat. Bersebab menulis mampu menembus batas birokrasi dan bisa bertemu dnegan
tokoh nasional.
Buku Muara Tulisan
Ketika
tulisan sudah mencapai 500 artikel dengan segala suka duka mendapat aspirasi
dan cemoohan kemudian terpikir kenapa tulisan nan terserak itu tidak dijiid.
Istilah kumpulan tulisan dijilid resmi ber ISBN bolehlah berbangga di sebut
kitab atawa buku. Tahun 2012 terbitlah buku perdana berjudul Bukan Orang
Terkenal.
Saking
besarnya keinginan memiliki nama disampul buku seperti juga Buya Hamka (guru
Imajiner) saya menerbitkan buku berbayar di satu penerbit Jogyakarta. Apalah
awak ini mana pula ada penerbit major bersedia menerbitkan buku seorang penulis
amatir belum punya “nama”. Judul buku
pertama itu sebenarnya bentuk unjuk rasa yang ditujukan kepada diri sendiri.
Bersebab
tulisan nan terserak semakin banyak maka proses menerbitkan buku semakin mudah.
Ibarat
menjilid makalah tak terasa jumlah buku tahun 2019 mencapai 2o kitab.
Uni Husna Bundo Kanduang menganjurkan menerbitkan buku sendiri. Terbentuklah Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan
(YPTD) 19 Juli 2019. Visi misi fokus dibidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan fokus membantu menerbitkan buku para penulis
ber ISBN tanpa biaya alias gratis.
Penggiat Literasi
Keberadaan
YPTD memberikan kemudahan menerbitkan buku. Ferbuari 2021 tertera nama Thamrin Dahlan di 37 sampul
buku. Bersama teman teman penulis bergiat Literasi sampai Maret 2021 berhasil
diterbitkan 210 judul buku ber ISBN Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi para
penulis di website YPTD terbitkanbukugratis.id . Diskusi Literasi di WAG Terbitkan Buku Gratis.
Program
Bedah Buku setiap Selama Malam 2 pekan sekali telah terselenggara 10
episode. Inilah media mempromosikan buku
terbitan YPTD untuk para penulis senior mapun pemula. Secara psikologis ada
kepuasan bathin tak terhingga bisa berbagi di bidang literasi.
Mengumpulkan
tulisan nan terserak bermuara menjadi Buku. Selamatkan tulisan tulisan itu
biarlah mereka berhimpun didalam sebah kitab karena keabadian akan melekat pada
dirinya. Buku adalah suatu prestasi penulis.
Sebagai tanggung jawab Penerbit YPTD berkewajiban menyerahkan setiap
judul buku di Perpustakaan Nasional
• Salam
Literasi
• BHP
21 April 2021
• YPTD
Pelajaran
yang sangat luar biasasiang ini.
Selanjutnya Pak Haji berbagi bagaimana caranya bisa menerbitkan buku secara
gratis di Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD).
Yayasan
Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) komitmen membantu para penulis menerbitkan Buku
Perdana ber ISBN tanpa biaya. Prosedur sangat sederhana dalam waktu 14 hari
buku Terbit.
Ada 3 program YPTD. Pertama Penulis telah memiliki Naskah Buku.
Kedua Penulis aktif posting tulisan di website YPTD terbitkanbukugratis.id
setelah terkumpul 40 artikeal maka akan buku akan diterbitkan. Program ke 3
YPTD menerbitkan buku ontologi berupa kumpulan tulisan yang di posting dalam 1
bulan.
Jadi kalau salah satunya terpenuhi bisa menerbitkan
buku gratis di YPTD.
Buku
adalah Mahkota Seorang Penulis. Layaknya
seorang Raja , beliau diakui sebagai Penguasa karena mengenakan Mahkota dikepalanya.
Mahkota itulah bentuk pengakuan resmi dari rakayatnya. Analog dengan Seorang penulis tanpa memiliki
buku maka belum bisa dikatakan sebagai seorang seorang penulis sejati.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi Tanya
jawab.
1. Berapa
batas minimal jumlah halaman untuk layak diterbitkan di YPTD?
Jawab :
Batasan
minimal dari UNICEF ketebalan buku 80 halaman atau 40 lembar. YTPD menyarankan
teman teman guru mengupayakan buku nya sampai minimal 150 halaman. Buku dengan
ketebalan diatas 150 halaman memiliki pungggung dalam artian buku itu cukup
tebal sehingga tampak gagah berwibawa ketika diletakkan di rak buku Perpustakaan
.
2.
Apakah nanti naskah yg masuk dibantu
oleh editor agar terlihat lebih baik dan layak dibaca ?
Jawab :
Oh Ya tentang Editor. Pada dasarnya YPTD tidak
menyediakan editor naskah, Namun dengan
ketentuan ukuran buku A 5, Huruf TNR font 12 serta spasi 1.5 kemudian margin
1,5,1,1,1 inshaAllah tampilan buku sudah baik.
Upayakan tulisan per paragrat tidak lebih dari 5 kalimat. Enak dibaca. Membaca dan terus membaca
tulisan sendiri adalah editor yang terbaik, sebab ROH tulisan itu ada sama
Penulis. Jangan sampai kehilang Roh,
oleh karena itu tulis sendiri edit
sendiri sehingga sampai timbul rasa puas. Pola ini saya lakukan ketika
menerbitkan buku Tanpa Editor.
3.
Dalam menulis satu paragraf sering
mengalami serangan kata yang sama...contoh kata "aku" tertulis
berulangkali sampai 5 kali..
Contoh...
Aku mempunyai seekor
kucing. Aku sangatlah sayang sama kucingku. Kucingku cantik dan manis.semua
orang suka kucingku itu..
Bagaimana cara
mengatasi nya agar menjadi paragraf yang
baik, Pak.?
Jawab :
Pengulangan itu memang
sering terjadi, namun dengan banyak latihan nanti ditemukan kosa kata pengganti
untuk sebutan Subjek. Contohnya Aku
mempunyai seekor kucing. Betapa sayangnya keluarga kepada binatang peliharaan
rumah. Mahluk Tuhan nan elok berbulu
tebal hitam pekat menjadi hiburan bagi
keluarga dan tetangga. Kira kira begitu semoga berkenan Uni.
4. Bagaimana
menentukan topik tulisan menulis buku ?
Jawab :
Selamat
siang Pak Syamsul. Bisa jadi pertanyaan ini sudah dijelaskan oleh para
pembimbing sebelumnya. Menurut hemat
saya Topik atau katakanlah judul tulisan jangan jadi penghambat ketika menulis.
Bedakan terlebih dulu kita menulis reportase (laporan), Opini atau Fiksi
(cerpen, puisi pantun dlsb). Pengalaman saya judul itu terkadang dalam perjalanan
menulis baru ditemukan, atau malahan judul bisa berubah setelah tulisan
diruntaskan. Satu hal penting niakan
sekali duduk tulisan jadi. Jangan terhambat karena judul, stagnan di satu
paragraf, menulis saja terus sampai selesai.
Namun demkiian pasti teman teman guru sudah paham Tema Tulisan terlebih
dulu ditetapkan.
5.
Apakah boleh menuliskan naskah yang sama
diblog kita ke yptd website?
Dan apakah boleh naskah
tulisan kita yang terdapat dalam buku antologi dimuat dalam yptd website?
Jawab :
Selamat
siang Bu Leni. Tentu karya tulis kita itu bisa kita share ke media mana saja
termasuk ke website YPTD terbitkanbukugratis.id. Hak cipta kita dilindungi undang undang
selama karya itu orisinil milik kita.
Etika menulis yaitu men haramkan plagiat, perbuatan tidak jujur dan
terpuji. Saya sering menulis opini politik, menyunting satu paragraf dari media
main stream boleh kita lakukan asalkan mencantum kan sumber berita
tersebut. Selanjutnya berdasarkan nalar
kita bahas peristiwa tersebut sesuai dengan ilmu pengetahuan,dan
pengalaman. Setiap hari saya menulis di
beberapa web seperti di kompasiana, YPTD, facebook dengan topik yang sama,
justru hal ini memberikan manfaat karena semakin banyak pembaca.
6.
Pertama tahu info YPTD saya langsung
terpesona. Semangat menerbitkan buku seakan mendapatkan lampu hijau, semoga
mampu mengikuti program di YPTD.
Pertanyaan
saya.
1.Naskah
yang dikirim ketentuannya jenis fiksi atau khusus non fiksi.
2.
Untuk 40 artikel yang dikirim itu dalam rangkaian satu tema atau boleh tema
yang berbeda-beda.
Ada
3 cara salah satunua artikel 40. Apakah artikel ini bisa puisi atau pantun. Kalau puisi untuk jadi buku 40
buah untuk berapa tema. Kalau pantun berapa jumlahnya untuk satu buku dan
berapa temanya. Mohon arahannya Pak haji…
Jawab :
Walaikumsalam
Bu Eka Wiyati Lampung dan Ibu Dewi Elfia Padang. Penerbit YPTD menerima semua tulisan baik itu
berbentuk Fiksi (Puisi, Cerpen, Pantun), Reportase (kegiatan belajar mengajar
atau kegiatan lain) atau opini (menulis tentang topik tertentu). Bisa juga buku
berisikan gabungan ke 3 jenis tulisan tersebut.
Dari 37 buku yang saya terbitkan lebih banyak ber genre bunga rampai,
artinya isi buku kumpula nari tulisan harian sepanjang bulan. Hanya beberapa
buku yang khusus seperti Buku Prabowo Presidenku, Kasidah, Kumpulan Pantun ,
Polisi Juga Manusia. Oleh karena itu
menulis saja setiap hari kemudian kumpulkan maka jadilah buku. Lainnya halnya bisa Ibu ingin membuat Novel,
maka karya ini tentu fokus sampai ending. Nanti perihal judul Buku akan ketemu
dengan sendirinya.
Setiap tulisan itu ada yang memiliki roh dan ada juga yang tidak bernyawa. Buku Harian yang sifatnya sangat rahasia tidak memiliki Roh, karena ditulis sendiri, dibaca sambil menangis atau ketawa sendiri. Sebaliknya tulisan itu memiliki Roh ketika karya kita di share / kirim ke media sosial. Seketika Tulisan memiliki Roh ketika dibaca khalayak. Apalagi ketika karya itu di beri komentar, maka tulisan itu bernyawa. Jangan pernah ragu mengirim tulisan ke media sosial ketika niat menulis untuk berbagi kebaikan untuk kemaslahatan umat. Pembaca merasakan "sesuatu" dari posting kita maka serta merta kebahagian dan kepuasan in material menjadi milik anda . Tulislah yang bermanfaat, upayakan tidak mem produksi Hoaks agar aman negeri ini.
Solok, 21 April 2021
Gelombang 18
Syafrina
https://bugurusyafrina.blogger.com
3 Komentar
Terima kasih resumenya. Semoga kelak menjadi buku bermutu.
BalasHapuswaah komplit sekali ibum..cepat lagi bikin resumenya..😊👍
BalasHapusMantap resumenya bu..
BalasHapusBerkomentarlah dengan bijak